Saturday, November 24, 2018

Berapa Harga Data yang Dicuri Hacker?

Berapa Harga Data yang Dicuri Hacker?


Hampir sebagian besar orang pastinya pernah mendengar kejahatan di dunia maya seperti pencurian data dan identitas, bahkan tak sedikit pula yang menjadi korban.


Sayang sekali, belum ada yang tahu seberapa besar nilai dari pencurian data tersebut. Apa Kamu juga demikian?

Dalam sebuah penelitian terbaru dari Kaspersky Lab menunjukkan, walau identitas digital pengguna mungkin tidak bernilai banyak apabila diuangkan, tetap saja itu merupakan aset penting bagi para hacker yang bisa digunakan dengan cara lain.

Penelitian ini juga menemukan selera para hacker yang melakukan pencurian data dari layanan populer, termasuk melalui akun media sosial dan akses jarak jauh ke situs game.

Para pengguna yang kebingungan atas seberapa besar nilai data pribadinya, menyebabkan mereka melakukan pendekatan asal-asalan terhadap keamanan. Alhasil, hacker jahat dapat dengan mudah melakukan pencurian data serta kejahatan siber lainnya.


Peneliti Kaspersky Lab menemukan bahwa pelaku dapat menjual kehidupan digital seseorang yang lengkap seharga kurang dari 50 USD atau sekitar 700 ribu rupiah di dark web.

David Jacoby, Peneliti Keamanan Senior di Kaspersky Lab, mengatakan peretasan data adalah ancaman besar bagi setiap orang. Ini berlaku baik untuk individu dan masyarakat, karena data yang dicuri ini dapat mendanai banyak kejahatan sosial.

“Untungnya ada langkah yang dapat diambil guna mencegahnya, termasuk dengan menggunakan perangkat lunak keamanan siber. Apalagi mengingat banyaknya data dibagikan secara gratis, khususnya pada profil media sosial yang tersedia secara publik atau untuk organisasi,” kata Jacoby dalam keterangan resminya.

Data yang Dijual
Adapun identitas digital yang dijual mencakup data dari akun media sosial, rincian perbankan, akses jarak jauh ke server atau desktop, bahkan data dari layanan populer seperti Netflix, Spotify, situs game, aplikasi kencan, dan situs pornografi yang mungkin menyimpan informasi kartu kredit.

Sementara itu, para peneliti menemukan bahwa harga satu akun yang diretas bernilai lebih rendah, dengan sebagian besar harga penjualan berkisar di 1 USD atau sekitar 14 ribu rupiah per akun. Bahkan pelaku menawarkan diskon untuk pembelian dalam jumlah banyak.

Apple yang Sudah Kehabisan Ide Cemerlang

Apple yang Sudah Kehabisan Ide Cemerlang


Steve Wozniak, Co-founder Apple membicarakan berbagai hal, mulai dari inovasi teknologi dan masa depan Apple. Dalam sebuah wawancara dengan CNBC, ia mengatakan bahwa perusahaan akan memiliki peran besar.


Scott Wapner dari CNBC menanyakan respon Wozniak terkait penilaian orang-orang atas kesuksesan Apple. Ia mengaku tidak tahu apa yang ada di balik layar, tapi yakin dengan masa depan Apple.

“Selalu ada berbagai proyek baru yang akan mempunyai peran cukup signifikan di masa depan,” tutur dia.

Ia pun yakin Apple tetap ada untuk waktu yang sangat lama, dan membandingkan potensi kelangsungan perusahaannya dengan IBM. Sebagaimana diketahui, IBM merupakan rival utama Apple pada tahun-tahun awal di industri komputer rumahan.

Berbicara mengenai hal itu, Wozniak menyebut bahwa tujuannya mendirikan Apple bukanlah menghasilkan uang. Sebaliknya, ia justru membantu membuat komputer hebat bagi dunia. “Saya ingin menjangkau orang-orang dan melakukannya melalui sebuah perusahaan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Wozniak mengungkap, Apple melahirkan sejumlah inovasi pasca merilis iPhone. Ia menyebutkan Touch ID dan Apple Pay sebagai inovasi Apple yang dapat mengubah hidup banyak orang.

Wapner pun menanyakan tanggapan Wozniak mengenai kemungkinan pendapat mendiang Steve Jobs, tentang perusahaannya sekarang. “Dia akan sangat bahagia,” kata Wozniak.

Ia menyinggung bagaimana Steve Jobs selalu mengutamakan konsumen dibandingkan teknologi. Hal tersebut masih dilakukan oleh Apple sampai sekarang. Bahkan Wozniak memuji kepemimpinan Tim Cook sebagai CEO Apple saat ini, dan memandangnya sangat perhatian terhadap hak asasi manusia.

Sementara itu, analis Ming Chi Kuo mengatakan, iPhone di masa depan akan menawarkan sistem biometrikasi berupa pengenalan wajar 3D Face ID yang lebih baik lagi, seperti dilansir The Verge.

Kuo menyebut bahwa Apple bakal memanfaatkan sensor baru yang lebih baik dalam menerangi wajah seseorang. Dengan demikian, pengalaman pengguna saat memanfaatkan Face ID kian meningkat.

Selanjutnya, Apple berniat mengenalkan kamera Time of Flight 3D di iPad tahun depan, dan di iPhone terbaru. Kamera 3D ini akan memancarkan titik cahaya ke bidang 3D, dan mengukur waktu sampainya titik tersebut ke objek.

Hal ini bertujuan agar gambar 3D semakin baik hasilnya. Hasilnya disebut bisa diedit di iPad dengan Apple Pencil.

Face ID sendiri dikenalkan tahun 2017 saat peluncuran iPhone X, menggunakan 30 ribu titik infra merah untuk memetakan wajah. Hanya saja Face ID memiliki sedikit kelemahan ketika bekerja di cahaya yang terang atau inkonsisten.